Thursday, September 10, 2009

Thien Sou : "Berkah" atau "Tugas Baru"?

Hanya sepuluh hari berlalu, dan telah demikian banyak hal yang terjadi.

Dalam sepuluh hari terakhir, dua kali sudah kami pergi ke Ciapus.

Kunjungan kedua (saya mulai dengan kunjungan kedua karena membawa kabar baik), adalah pada hari rabu tanggal 02Sept'09, bersama Huang cs Min Yu dan kedua san chai. Kunjungan kedua ini bertepatan dengan gempa bumi Tasikmalaya yang terjadi sekitar pukul 15.00 sore hari. Saya akan ingat pasti jam-nya karena saat itu kami dalam perjalanan pulang, hehe.. dan perjalanan kami tertahan duren yang digantung di pinggir jalan, kisah selanjutnya tentu anda bisa tebak sendiri. Bukankah ini merupakan kabar yang menggembirakan? FYI, seluruh duren yang relatif baik, manis, dan kering yang berhasil menahan kami tersebut adalah dari Ciapus.

Kunjungan pertama adalah pada sehari sebelumnya hari selasa, tanggal 01 sept'09, kami berangkat berenam (minus Nandez dan Hui), tetapi bersama Suk bogor.

Janjinya kami berkumpul pada 7.30 pagi, tetapi kembali kami gagal berangkat ontime. Rasanya kami perlu belajar untuk 'time punctual'. Lelet bukanlah suatu tradisi yang layak untuk dilestarikan. Akhirnya semuanya baru lengkap pada pukul 8.30. Hari ngumpul seperti ini tidak akan lengkap tanpa semangkok mie. Tidak ingin mengulangi pilihan salah (Mie lambretta) pada kunjungan sebelumnya, kali ini pilihan jatuh pada kantin Mitra Jembatan Besi, dan ternyata yang kali ini tidak salah. Enak, ekonomis, bersahabat dan teh hijau gratis (Jin, Thanks ya!! ). Sesudah makan kenyang dan minta dibungkus untuk bekal makan siang, kamipun segera meluncur ke Bogor, nyari A-Suk (trjmh: paman, dalam bahasa mandarin Jakarta) Bogor.

Mencari rumah Asuk, memerlukan perjuangan tersendiri, karena saya sudah lupa tempatnya, sehingga terpaksa bertanya berulang-ulang, tidak juga mendapatkan petunjuk, saya kemudian memanggil keras-keras dari rumah-ke rumah. Dulu-dulu sekali saya pernah berkunjung sekali, belasan tahun yang lalu. Rumah Asuk masih seperti dulu, (maaf ya Suk..) tidak terawat, penuh barang tua yang dikumpulkan dari sana sini. Sangat disayangkan, mengapa ada orang yang ulet, ramah, pekerja keras, ringan tangan untuk membantu, mengapa tetap sulit keluar dari kondisi kehidupannya??
Semoga Kampung Kasih bisa menjadi satu tempat yang baik untuk hari tuanya.
Semoga kampung kasih bisa membantunya keluar dari pusaran karma-nya,
menjadi sebuah tempat yang ideal, sehingga ia dengan mudah menanggalkan kemelekatannya,
bisa menularkan kepadanya konsep ekonomi yang lebih sehat,
menawarkan sebuah kehidupan yang lebih layak untuk Asuk, dan banyak orang tua lainnya.



Sudah mendekati siang saat kami tiba di tanah bakal KKC. Tidak sabaran lagi, kami segera turun untuk melihat hasil pembukaan lahan yang sudah kami pesankan kepada pak Ijong pada kunjungan yang sebelumnya, dan itu sedikit banyak membantu untuk memahami bagaimana kelak lahan ini akan dimanfaatkan....


10600m2 tanah awal ini, di sebelah selatannya adalah gunung salak yang menjadi sandaran belakang, berbatasan dengan sebidang tanah yang sangat indah seluas 5 ha.
Ke sebelah barat berbatasan dengan tanah pak Arifin, yang akan membentuk sayap kiri.
Ke sebelah timur berbatasan dengan tanah pak Syamsudin, yang akan membentuk sayap kanan.
Ke sebelah utara berbatasan dengan tanah PMC yang akan menjadi altar depan.
Secara keseluruhan dapat dibentuk bagaikan sebuah bentuk 'kursi'.



Sesudah selesai ukur sana sini, dan pamit dengan pak Ijong, kami menuju tempat 'survei' yang selanjutnya. Kali ini tidak ke pura, juga bukan ke Myogyo Ji, tetapi menuju curug Nangka dan curug Kawung. Kedua curug ini ternyata sangat dekat dari bakal KKC, hanya sekitar 3 km-an dari jalan raya, hingga menemukan pertigaan, selanjutnya mengikuti papan petunjuk mengambil arah ke kiri di pertigaan. Dari pertigaan perlu masuk ke dalam sekitar 500m dan tibalah di gerbang.

Begitu melewati gerbang pengutipan retribusi, kami langsung disambut oleh dua baris cemara yang berbaris rapi. Saking indahnya, ada yang sudah tidak sabaran untuk segera kembali mengunjungi bersama "some 'special' one"....


Di akhir jalan, ada beberapa warung untuk pengunjung. Kami memilih salah satu warung, dan mungkin kelak kami akan setia kepada warung 'kopi celup' ini, karena si Ibu harusnya sudah lebih mengerti bagaimana mengikuti kebutuhan diet kami yang special. Si Ibu juga tidak melarang kami makan dari bekal yang kami bawa dari Kantin Mitra.

Sebenarnya Curug Nangka dan Kawung tidak sangat besar, juga tidak tinggi. namun untuk sebuah tempat yang masih terpencil, demikian dekat dengan Jakarta, masih asri, tempat ini akan sangat cocok untuk menjadi tempat 'memperkenalkan' alam kepada masyarakat urban. Dan tempat ini masih dalam jarak yang memungkinkan untuk ditempuh dengan trekking dari KKC, dengan melewati pura di perjalanan, SEMPURNA!!!!
(Jika anda tidak anti narsisme, silahkan ke sini.)
Untuk salah satu tulisan lain mengenai Curug Nangka dan Kawung ada di sini.

*****



Dalam Ching Khou Pan Bali, tgl 4 Sept '09,
Thai Ce Se Siong mengatakan:

"Anda mempunyai niat yang mulia, itu adalah hal yang baik.
Akan bisa membantu, membereskan hidup banyak orang.
Sebagai orang yang melaksanakan Tao, tentu tidak dilarang untuk mengerjakan hal seperti ini, tetapi jika melibatkan orang yang terlalu banyak, berarti karma yang harus dipikul jugalah terlalu banyak.
Jadi personil awal, janganlah terlalu banyak.
Jika bisa tidak mengedepankan kepentingan diri sendiri,
hal ini akan sangat membantu bagi mereka yang membantu pelaksanaan Tao,
lebih lagi akan membawa manfaat bagi khalayak ramai dan semua makhluk.
Jika memang hal ini dapat dilakukan dengan baik,
Anda boleh juga memohon kepada Lao Se,
agar mengutus 'Pai Ku Sien Ce' (dewa biji-bijian) untuk membantu.
Paham ya.... Ingat baik-baik"


Keesokan Harinya, 5 sept '09
Lao Se sambil memberikan sebuah Ang Pao (amplop merah)
yang bertuliskan Thien Sou (usia panjang) sambil mengatakan:

"Kelak segala hal agar direnungkan dengan mendalam,
Semoga kamu tetap dalam koridor Wadah Ketuhanan"

Saya bertanya-tanya kepada diri sendiri
"Thien Sou", merupakan berkah ataukah penugasan baru????
Apakah saya masih menginginkannya?
Apakah saya ada cukup ketegaran?
Karenanya, ijinkanlah saya untuk berharap dan memohon.
Jika "Thien Sou" merupakan berkah,
bimbinglah saya agar bisa 'menghargai' dan kembali 'merawat' hidupku lagi,
bantulah saya untuk belajar berbahagia dalam hari panjang yang diberikan,
ajarkan juga cara mengumpulkan berbagai perlengkapan dan kemampuan,
untuk menghadapi kesendirian, yang menjadi musuh utama dari usia panjang.
Jika "Thien Sou" merupakan penugasan baru,
bimbinglah saya dalam pembelajaranku,
agar mempunyai cukup pemahaman dan kemampuan dalam memikul tugas ini,
pastikanlah saya memahami keadilan dan dedikasi untuk menjalankan peranku,
bekali kami secukupnya, dengan orang, dengan ide, dan peta perjalanan
dan jauhkan saya dari kesombongan dan sikap mementingkan diri sendiri,
yang sudah lama mencari celah dan momen yang tepat
untuk menyelinap dan bersemanyam di dalam hatiku.
"Thien Sou", merupakan berkah ataukah penugasan baru????
hati kecil sebenarnya mempunyai jawaban untuk segalanya:
"dua-duanya"
*****


Dalam 10 hari terakhir, beberapa kali rapat juga sudah dilakukan di kantor Angke, yang sudah selesai disekat.
Beberapa kali kunjungan untuk memahami pasar tradisional juga sudah dilakukan.
Pemesanan L 300 juga sudah.
Pembagian tugas antar 'pendekar' juga sudah dilakukan.
Upaya untuk mencari peralatan yang sesuai juga mulai dilakukan.
dan hal-hal lainnya..


*****
Sementara itu sosialisasi terus berlanjut,
dan berbagai tanggapan positif terus mengalir.
Dukungan moril dan pemberian semangat terus diterima.
Ada juga yang berkeinginan mengunjungi satu hari kelak,
ada juga yang memberi signal akan ikut berpartisipasi aktif kelak.
Trims ya semuanya.


*****

No comments:

Post a Comment